Kamis, 14 Juli 2011

Kumpulan Sajak

Bulan mewakili hatiku

Kau bertanya kepadaku...
Berapa dalam perasaan cintaku padamu...
Berapa bagian untukmu padaku..
Cobalah engkau berpikir
Cobalah engkau melihat...
Bulan purnama mewakili hatiku...
Sebuah ciuman lembut ringan..
Telah behasil membuat hatiku gerah...
Cinta kasih yang mendalam...
Membuatku terkenang hingga kini



Natuna

Masih harum aroma mei
Mawar pernah kau gubah jadi puisi
Dan beberapa kali senja kita lewati
Juga kau seka cinta seperti ini
Diujung pelabuhan pun akhirnya terasa

Dan sore adalah, hanya mengenang birunya laut natuna

Masih harum aroma mei
Dan masih selalu mencintaimu



Kaca

Ini kaca..
Tempat segala wajah membuat pertimbangan
Sebelum senja...
Kita bersiap tinggalkan gelanggang
Bergugurlah segala yang pernah menyala
Bunga cinta dan cita-cita


Semenanjung 2007
Seperti tenggelam sebuah layar
Di pelabuhan
Karena gerimis dan langit malam

Tapi...
Ku mau ini ruang tidak membuat kita
Diperasingan
Jadi sendiri
Elang merabun dimercusuar
Tambah gemetaran tiang-tiang lampu kapal
Ketika menunggumu
Tanpa khabar
Kau dipulau lain



7 september 2007

Serupa malam yang kau perhitungkan
Serta beberapa pasang dara di ulang tahunmu
Aku menaruh sejuta cemburu

Tentang sepuluh pasang mata yang tak lebih
Dari sepuluh pasang bola lampu
Yang temaram dalam segelas coca-cola

Serupa malam yang kau perhitungkan
Kau masih seperti dulu
Seperti lilin dan kembang sepatu




Sia-sia

Inginku menyulam asa
Namun hanya mimpi belaka
Inginku merajut angan
Namun yang ada hanya bayangan
Inginku meniti langkah
Namun aku kehilangan arah
Inginku semuanya kembali
Namum menjadi semakin tak pasti


Senja di ujung pulau

Tinggalah...
Kapal terakhir, dipengap lelap
Petang merabun memanjang
Segala membayang
Hilang cintaku

Separuh jalan sudah medekat
Merapat-menyekat




Terempa 30 juli 2007

Jika aku kembali keasalku
Biarknlah sajak ini tetap dari sini
Atau bila ini penghabisan kita bertemu
Dan padamkan cinta dalam hati
Karena jadi sia-sia pada yang tak pasti

Biarkanlah aku wahai dara...
Menelusuri jalanku terbat-bata
Kembali kekereta tua, menuju rumah tua

Namun akan jadi hening direlumu...
Dan kekecewaan akan lekat dalam diriku

Pulanglah burung gereja..
Pada langit aroma senja





Solidaritas dalam nyawa tak berbingkai

Mata waktu kini tak tentu
Bumi berkelana dalam bejana tak nyata
Mengapa malam enggankan bulan tuk bergantung padanya?
Tak mungkin tuhan bermain dadu dalam ciptaannya
Apalah artinya hidup tanpa bicara

Separuh hati luangkan kasih dalam biduk cinta
Embun bak cermin dalam nuansa
Perlahan dan pelan menyelam malam
Tapi kini bintangnya terjebak dalam langit penuh duri
Bukankah asa harus terasa dalam dada?
Ah… musnahlah semua
Aku tak peduli padanya

Dalam cinta penuh luka bagi para pujangga
Purnama bersorak karena langitnya kelam
Tapi mengapa malam enggankan bulan tuk bergantung padanya?
Tak mungkin tuhan bermain dadu dalam ciptaannya
Berarti hidup walau tanpa menyapa

Suara yang parau dalam danau tak bermuara
Lebah bergantung di sarangnya memastikan.. Apakah dunia ini ada?

Dinamika hidup yang berputar tak pasti
Kepedulian yang tergambar fatamorgana
Hanya sebuah klise di oase padang pasir

Aku lelah dalam peluh yang meluluh di tubuh
Kini rimbamu tak pasti adanya
Perjuangan…
Kuarungi semua tanpa kekecewaan



PEREMPUAN

Hujan yang mengutuk percumbuan kau dan aku
Diluar panggung sepi menjadi boneka
Gemetar dilekuk bentuk tubuhmu

Ah…Perempuan, nyatanya kau tak mampu lama
Berpeluk sepi
Tetap saja rindu pada bulan dan pelangi

Kau yang telah mengutuki cinta
Memahatnya pada mendung dan gedung
Tapi, perempuan. Kau pasti akan datang untukku
Berbagi rindu untuk melepaskan dingin ditubuhmu




SELAMAT TAHUN BARU

Lonceng ini kali
Yang bikin kita cerai serta dihabisi sebuah cerita
Dan kulepaskan kau dimalam yang indah

Pada putaran lampu selancar
Layang-layang kertas dan rembulan bercumbu dengan camar
Mendekat salam dinusa Sumatra
Sebelum pulau tidur dilautan dalam

Padang lonceng kali ini
Sayang…
Kau tidak bersamaku.


VALENTINE 2009

Biarlah…
Yang telah terjadi indah pada hari itu
Tetapi indah dalam rindu
Luka hanya barangkali sedetak waktu
Akan berganti bunga dimusin yang lain
Dan setelah memucat bunga dulu kau bawa
Terhempas angina dan helaiannya berkeping tak wangi lagi
Tapi aku akan selalu mengenangnya, tanpa mengenang perih yang kau beri

Jalan menuju sekolah telah lama kita tinggalkan
Dan gerimis kecil tempat kita berlari tinggal catatan
Pun valentine yang kita tunggu telah tersesat di seperempat jalan
Sayang, selamat jalan
Kita sendiri.


HUJAT PERAWAN

Bangsat…
Air Siapa mata yang tumpah
Dalam desah yang basah
Menggeliat dalam nikmat sekarat

Bangsat..
Birahi siapa yang pecah
Terhempas dilantai rumah
Sementara sang perawan
Meringis dalam simbah keringat si laknat
Tak ada hujat
Selain ratapan yang telat
Bangsat..
Bangsaaat..!!!


KAU PERNAH MENULISNYA

Ada yang harus dilupakan
Seluruh kenangan kata-kata sayang
Juga kecupan disembarang badan

Bagan ini akan rapuh oleh garam laut
Lalu angin akan membawa ke waktu lain

Entah pagi atau senja aku akan datang
Mungkin pula pergi tanpa sejarah
Meski kau pernah menulisnya ditubuhku
Sampai bertanda…

Baru sebulan lalu kau robek kalender
Penuh bilangan darah
Tapi kini kau minta kawin
Dalam musim hujan

“Tanpa darah kau hamil
Seratus bayi khianat”




WOMEN

The rain that you and I condemn courtship
Outside the empty stage into a puppet
Trembling in the crook of your body shape

Ah ... Women, in fact you could not long
Quiet hugs
Still longing for the moon and the rainbow

You are cursed love
Carved on the cloudy and the building
But, women. You must be back to me
Sharing your body longs to release your cool


YOU NEVER write

There should be forgotten
All the memories of affection
Also smacker disembarang body

This chart will be fragile by sea salt
And the wind will carry to another time

Either morning or evening I will come
It may also go without a history
Although you've written it put into my body
Until the undersigned ...

Just a month ago you were tearing calendar
Full blood numbers
But now you're asking to marry
In the rainy season

"Without the blood you're pregn





SURATAN

Haruskah aku menyalahkan takdirku
Atau membiarkan semuanya berlalu
Tiap saat ku lihat impianku kian layu
Dan kini telah gugur dilahap waktu

Ada yang tak ku mengerti dalam hidup ini
Yang bahagia semakin bahagia dibuatnya
Sementara yang merana kian tersiksa
Adilkah semua ini..?

Andai aku bisa memilih takdirku sendiri
Tak ku pilih jalan ini, liku-likunya sering menyakiti diri
Tembok-temboknya membuat putus asa
Serasa tak ingin meneruskan Perjalanan
Dan berhenti sampai disini





Tidak ada komentar:

Posting Komentar